Kalau sudah jengah begini, ingin rasanya punya sepasang sayap dan terbang jauh, meninggalkan ibukota yang memenjarakan dengan sederet
kewajiban atas nama tanggung jawab orang dewasa.
Tapi, kalaupun sayap dijual, kurasa aku takkan sanggup membeli.
Sementara itu, mereka yang mampu akan mengenakannya dengan berbangga hati,
karena mereka jadi bagaikan bidadari.
Ah, tapi Tuhan memang selalu penuh kejutan. Tiba-tiba kau
datang, mengetuk pintu sangkarku yang sempit dan tak berjendela, lengkap dengan
buah tangan berlogo rumah makan ternama.
Guratan senyum di wajahmu seolah mengingatkanku, bahwa masih
ada banyak hal di dunia yang bisa membuat hati bahagia.
Sepiring sayap untuk makan malam berdua, misalnya.
No comments:
Post a Comment