Langit sudah berwarna
pekat saat aku tiba. Kulihat ia duduk sendirian di meja di pojok dekat jendela,
sudut favorit kami sejak dulu. Saat kami akhirnya saling menatap, kudapati
wajahnya begitu letih, namun senyumnya terkembang cerah.
“Maaf sekali, aku terlambat
sampai berjam-jam begini,” ucapku memelas. “Pekerjaan kadang tidak hanya
menyita waktu, tapi juga hidupku.”
“Nggak apa-apa,” jawabnya
hangat. “Aku sudah senang karena akhirnya bisa ketemu lagi.”
“Ini sudah larut. Istrimu
nanti tidak khawatir?” Ia menggeleng. “Kami pisah ranjang sejak tiga bulan lalu.
Anakmu bagaimana?”
“Dia sudah tidur. Pengasuhnya
barusan meneleponku.”
Kami sudah aman
sekarang. Malam ini, kami bisa menjadi sejoli kembali.
No comments:
Post a Comment